A. KERAS HATI
Keras hati adalah sifat-sifat Anak yang sering sangat menyulitkan para
orang tua
atau pendidik-pendidik lain. Keras hati ialah bantahan terhadap suruhan
orang lain karena ia ada tujuan dan maksud sendiri yang berlainan dengan apa
yang disuruhkan kepadanya.
Ø
Penyebab Keras
Hati
a) Pembawaan anak
b) Dapat kita perhatikan anak-anak yang sedang dalam
pertumbuhan dari kecil, ada anak-anak yang menurut ,
yang ramah-tamah tegur-sapanya, dah ada pula anak-
anak yang semenjak kecilnya telah menunjukkan
kemauan yang keras dan yang mudah sekali marah.
Boleh dikatakan bahwa anak-anak yang disebut
terakhir itu ditakdirkan memiliki sifat keras hati.
c) Keadaan badan yang terganggu
d) Keras hati akan lebih besar jika anak sedang tidak
sehat badannya, atau kalau ia kurang tidur, atau baru
sembuh dari sakit.
e) Perkembangan rohani anak
f) Yang pertama pada masa kanak-kanak (kurang lebih
3-5 tahun) yang disebut juga masa kritis pertama atau
pubertas pertama, atau sering pula disebut masa
menentukan (trotz alter). Yang kedua ialah pada
pubertas atau masa remaja, pada waktu anak
mengalami guncangan-guncangan dan
ketidakseimbangan dalam pertumbuhan jasmani dan
rohaninya.
g) Kesalahn-kesalahan dalam pendidikan
h) Kesalahn yang acap kali terdapat dalam pendidikan
orang tua terhadap anak-anaknya, antara lain ialah
memanjakan, pendidikan yang tidak konsekuen.
Ø
Usaha Pendidik
Mengatasi Keras Hati
a) Mempermudah anak-anak berlaku patuh dengan
jalan membiasakan anak-anak hidup secara teratur dan
tertib.
b) Perintah dan larangan hendaklah diberikan dengan
lemah lembut dan dapat membesarkan hati mereka,
jangan sekali-kali dengan keras dan kasar.
c) Hendaklah pendidik senantiasa ingat akan keadaan
jasmani dan atau rohani anak pada waktu itu.
d) Janganlah memanjakan anak. Bertindaklah yang
tegas, yang konsekuen agar anak-anak tau apa yang
harus menjadi pegangannya.
e) Dalam menghadapi anak yang keras hati itu kita
harus bersikap tenang dan tegas, jangan kehilangan
ketenangan atau tergoyang keseimbangan batin kita;
jadi kita harus tetap sabar.
f) Pada anak-anak kecil kadang-kadang berhasil juga
dengan membelokkan perhatiannya ke arah yang lain.
g) Sering dengan usaha “tidak begitu mengacuhkan”
dapat berhasil juga.
h) Dengan memberikan hukuman kepada anak yang
demikian itu, umumnya tidak berhasil dan tidak ada
gunanya. Bagi anak-anak yang sudah agak besar
dapat juga dengan memberikan sedikit kata-kata
nasihat yang singkat.
B. KERAS KEPALA
Ø Sebab-sebab anak suka melawan dan keras kepala:
1. Meniru perbuatan
orangtuanya yang -maaf-
juga keras kepala, atau anak
sering
menyaksikan orangtuanya
bertengkar.
2. Orangtua terlalu
memanjakan, selalu
memberikan apa yang
diinginkannya. Ketika
suatu saat keinginan tersebut
tidak dipenuhi,
tentu anak akan memprotes dan
melawan.
3. Tidak adanya ikatan kasih
sayang dan
pengertian antara orangtua
dan anak.
4. Orangtua terlalu
membiasakannya taat pada
sesuatu secara fanatik.
5. Anak-anak terlalu sering
disuruh mengalah,
tanpa memberi pengertian yang
dapat
membuatnya mengerti.
Beberapa orang tua mengeluh
tentang sifat anaknya
yang keras kepala. Mereka
bingung bagaimana cara
menasehati mereka. Bila
dilarang untuk melakukan
sesuatu mereka akan mengamuk,
atau bahkan
melawan.
Ø Cara menghadapi anak-anak yang suka melawan dan
keras kepala:
Lihat diri kita
Kadang kita tidak menyadari
bila buah hati kita
memiliki hati yang keras,
salah satu sebabnya adalah
diri kita sendiri. Bila kita
memiliki hati yang keras,
sukar dinasehati, tentu saja
secara tidak langsung itu
juga akan menular pada diri
buah hati kita. Bila setiap
hari buah hati kita melihat
hal ini, tentu lama kelamaan
buah hati kita akan
menirunya. Bila kita saat ini terlalu
sombong, marilah kita
merendahkan hati kita. Bila kita
kurang mau mendengarkan orang
lain, maka marilah
kita mulai saat ini belajar
mendengarkan. Supaya kita
pun juga akan semakin
mengerti segala kebutuhan
buah hati kita, dengan mau
dan menyediakan waktu
untuk buah hati kita.
Hendaklah lebih fleksibel,
lebih memberikan
kasih sayang dan pengertian
kepada anak.
Kebutuhan seorang anak
sebenarnya tidak banyak.
Mereka menginginkan perhatian
dan kasih sayang kita
sebagai orang tua. Kasih
sayang dan perhatian yang
cukup akan meminimalisir
kebutuhan anak-anak pada
“materi”. Jadi kalau anak
mulai minta ini itu, mudah
merengek, dan cepat bosan
terhadap apa yang dia
beli, itu sebenarnya sebagai
ungkapan atau pengaruh
dari adanya bagian hati
mereka yang kosong. Dan
sebenarnya bagian hati yang
kosong tersebut hanya
bisa diisi dengan kasih
sayang dan kehangatan yang
ada di dalam sebuah keluarga.
Salurkan Hobinya
Setiap anak tentu memiliki
bakat dan minat yang
berbeda. Sebagai orang tua
kita harus cermat
mengerti hal ini. Misalnya
bila buah hati kita suka
mencoret-coret di atas kertas,
mulailah mencoba
memasukkan buah hati kita
pada sanggar-sanggar
melukis. Anak-anak yang
normal, biasanya memiliki
“kelebihan tenaga”. Itulah
kenapa kita sering melihat
anak-anak susah untuk diam.
Dia akan selalu bergerak,
dan mencari keasyikan yang
bisa dia lakukan. Jadi
arahkanlah “sisa tenaga” yang
ada di dalam diri sang
buah hati. Hal ini akan
sangat bermanfaat supaya
emosi mereka bisa diarahkan
kepada hal-hal yang
positif. Hal ini akan sangat
mengurangi pengaruh-
pengaruh negatif dari luar
yang bisa menyebabkan
mereka gampang marah, bosan,
sedih, dan sifat-sifat
lainnya.
Jadilah orang tua yang bijak
Orang tua yang bijak
mempunyai kepekaan terhadap
buah hatinya, selalu berusaha
melakukan yang terbaik
dan memberikan pilihan
terbaik kepada sang buah hati.
Yang terbaik bagi anak,
kadang bukanlah yang terbaik
bagi orang tua. Disinilah
terkadang kita temukan
kesalahpahaman antara orang
tua dan anak. Agar
pilihan orang tua dan anak
bisa selaras, perlu sekali
adanya komunikasi yang
intens. Disinilah waktu anda
sangat dibutuhkan. Bukan
banyaknya waktu yang anda
berikan kepada anak,
melainkan kualitas kebersamaan
anda pada anak. Dari
kedekatan inilah, anda akan
semakin memahami buah hati
anda. Sehingga
pemikiran kita dengan sang
buah hati kita pun bisa
menyatu, dan meminimalisir
kesalahpahaman yang
biasanya terjadi karena
adanya “batas” antara orang
tua dan anak. Dan dari
kedekatan inilah, anda bisa
menasehati anak dengan bijak.
Tidak Mempermalukan Anak di
Depan Umum
Saat menasehati anak, akan
lebih baik bila kita
menasehatinya di tempat yang
rahasia dan dengan
suara lembut. Jangan
memberikan larangan, melainkan
himbauan. Jangan
berkata,”Kamu tidak boleh
menggambar di tembok”, tetapi
katakanlah ”Kalau
kamu suka menggambar besok
mama belikan buku
gambar yang besar.”
Mengharapkan anak berubah
dengan mempermalukan mereka
di tempat umum
bukanlah cara menasehati yang
baik. Karena pada
saat itu juga, kita sudah
mengajarkan kepada anak
kalau mempermalukan orang
lain di tempat umum
adalah sesuatu yang wajar dan
halal.
Tidak Memaksa
Kita harus belajar mengatakan
sesuatu kepada buah
hati kita dengan lembut tanpa
ada unsur pemaksaan.
Kita harus belajar mengajak
daripada menyuruh.
Kenapa? Karena menyuruh
berarti meminta seseorang
melakukan sesuatu dan itu
harus dilakukan sedangkan
kita sendiri tidak mau
melakukan hal yang sama.
Sedangkan mengajak, adalah
meminta seseorang
melakukan sesuatu dan mau
menjadi satu dengan
orang yang kita minta dengan
prinsip kebersamaan.
Saat Yang Tepat Saat
menasehati
Waktu yang tepat adalah sesuatu
yang penting dan
perlu kita perhatikan pada
saat kita hendak
menasehati buah hati kita.
Pilihlah saat yang tepat
dimana kita bisa mentransfer
“ilmu moral” kita kepada
buah hati kita, tanpa dia
merasa terpaksa. Contohnya
adalah dengan mengajak sang
buah hati untuk jalan-
jalan. Setelah dia merasa
senang, dan merasa lapar,
anda bisa mengajak makan
bersama. Dan pada saat
itulah anda bisa mengobrol
dan mengatakan harapan-
harapan anda pada sang buah
hati. Misalnya dengan
mengatakan,”Mama suka kalau
kamu berdandan rapi.
Kamu kelihatan cantik
sekali.” Atau dengan
memujinya,”Wah… Anak mama
sudah besar dan
tambah dewasa, sudah bisa
makan sendiri.” Dengan
pancingan-pancingan seperti
itu, biasanya anak akan
menjadi lebih tertarik untuk
mau mendengarkan
nasihat anda, sehingga untuk
kedepannya mereka pun
bisa berubah sedikit demi
sedikit.
Bersikap seimbang dalam
mendidik anak. Tidak
terlalu memanjakan, tapi juga
tidak terlalu keras.
Memberikan hadiah untuk
sikapnya yang baik
dan memberikan hukuman jika
ia melakukan
pelanggaran.
Senantiasa berusaha untuk
membuat hati anak
senang dan gembira, tapi
tidak berlebihan.
Tidak bersikap plin plan,
dalam artian tidak
menyuruh anak atau membiarkan
anak
melakukan sesuatu, tapi
kemudian melarang
anak melakukan hal tersebut
di lain waktu.
C.
MANJA
memanjakan anak dapat berakibat pada
gangguan perkembangan pada
diri sang anak, yang
bisa terbawa sampai usia
dewasa. Sedangkan sikap
manja muncul pada diri anak
disebabkan oleh
kecenderungan anak untuk
menuntut perhatian dan
dilayani oleh orang lain.
Anak yang manja memiliki
sikap ragu-ragu atau cemas
pada kondisi asing (baru).
Anak yang manja biasanya akan
sangat tergantung dari
objek lekatnya. Anda manja
biasanya ketika menjelang
usia satu tahun kemanjaan
tersebut mulai muncul, usia
puncak manja pun muncul pada
fase usia TK, saat anak
dituntut untuk dapat bersikap
mandiri dan disiplin, di
usia TK anak mulai dipisahkan
dari objek lekatnya
untuk beberapa saat.
Ø Adapun penyebab anak menjadi manja dikarenakan:
1. Perilaku pada anak yang manja
disebabkan oleh pola
asuh yang bersifat permisif.
2. Sikap manja sangat sering
terjadi pada anak pertama
dan pada anak bungsu,
pengaruh usiaatau jarak
kelahiran antara saudara yang
lainnya terlalu jauh.
Karena sang anak merasa
satu-satunya pusat
perhatian dan selalu dilayani
maka ketika anak
mendapat saudara yang baru
(adik baru) maka sia
anak akan mengalami regresi
(penurunan) hal ini
dikarenakan anak akan
mempertahankan perilaku
manjat yang sangat.
Sikap manja terjadi ketika
orangtua yang dahulunya
mendapatkan pola asuh yang
cenderung tertekan atau
merasa kurang bebas, maka
orangtua bersikap serba
membolehkan anak, maka tanpa
terasa orangtua telah
mencetak anaknya menjadi
individu yang manja.
Ø Adapun cara mengatasi anak yang manja secara
berlebihan (manja yang sampai
menganggu kemandirian
anak) yaitu:
1. Usahakan tidak memberikan
pola asuh yang
berpusat pada sikap permisif,
jika menarapkan sikap
asuh yang permisif maka dapat
menciptkan anak yang
manja.
2. Ketika anak menuntut
segala sesuatu yang
berlebihan dan anda
(orangtua) justru diatur dan
dikondisikan oleh anak maka
sebaiknya anak tidak
dijadikan sebagai pusat
perhatian.
3. Libatkan anak pada
kegiatan social, usaha ini
dilakukan agar anak dapat
banyak melihat, belajar dan
berinteraksi lebih luas. Jadi
tidak selamanya anak
terpusat untuk menjadi pusat
pehatian.
4. Ketika anak menunjukan
sikap manjanya maka
orangtua atau pendidik dapat
mengalihkan perhatian
anak pada hal atau kegiatan
yang disukai anak.
5. Beri kesemapatan akan
untuk bermain bersama
anak-anak lain, ini untuk
menimbulkan sikap pengertian
dan berbagi, sehingga anak
memiliki kedewasaan dalam
bersikap.
6. Orang tua selalu memberi
contoh atau teladan
perilaku saling kerjasama
(gotongroyong atau saling
menolong dihadapan anak)
7. Beri sentuhan fisik kasih
saying (pelukan, ciuman,
belaian) pada anak untuk
menenangkan sikap anak
yang memunculkan
kemanjaannya.
8. Ketika akan memasukan anak
kesekolah baru atau
situasi baru, maka sikap
orangtua adalah bersama
anak dulu untuk beberapa
saat, ajak anak bermain
dahulu, hal ini untuk
mengalihkan perhatian anak
sebelum berpamitan
meninggalkan atau berpisah
dengan anak.
9. Berilah kalimat untuk
menyakinkan anak dan
menenangkan anak jika dalam
situasi anak merasa sulit
(manja)
Beri semangat dan motivasi
selalu pada anak dan beri
waktu untuk anak ketika
memunculkan perilaku
manjanya tersebut. Dalam hal
ini orangtua butuh
kesabaran dalam menghadapi ananda.
D.
PENAKUT
Ø Faktor yang menyebabkan anak menjadi penakut
Anak senang sekali menyendiri
dan
melakukan sesuatu di dalam
kamarnya,dan bahkan
anak sangat cengeng sekali.
Perasaan malu adalah
perasaan gelisah yang dialami
seseorang terhadap
pandangan orang lain atas
dirinya. Ada yang
mengartikannya sebagai
sesuatu yang “aneh”, “hati-
hati”, “curiga” dan
sebagainya.bila hal ini dibiarkan
berlarut akan menjadikan
sifat Penakut. Jadi penakut
pada dasarnanya merupakan
akibat dari sikap pemalu
yang berlebihan.
Pada umumnya sejak lahir
manusia telah
memiliki sedikit perasaan
malu, namun bila perasaan itu
telah berubah menjadi semacam
rasa takut yang
berlebihan, maka hal itu akan
menjadi suatu fobia, yaitu
takut mengalami tekanan dari
orang lain atau takut
menghadapi masyarakat. Anak
yang penakut selalu
menghindar dari keramaian dan
tidak dapat secara
aktif bergaul dengan temannya
yang lain. Faktor
penyebabnya antara lain.
Kata-katanya diremehkan
Sering sekali hasil karya
anak anak tidak diperhatikan
oleh orang tuanya. Apalagi
jika mendapat hasil yang
buruk. Sering sekali anak
anak dimarahi berlebihan. Hal
ini membuat anak jadi takut
karena dia menganggap
hasil karyanya selalu salah.
Dimarahi di depan orang
banyak
Sering kali ketika nilai
raport diambil orang tua dan
hasilnya tak sesuai dengan
harapan , maka langsung
saja dimarahi didepan orang
banyak. Hal ini akan
mematikan karakter siswa.
Dibanding-bandingkan dengan
temannya secara
berlebihan
Anak anak menjadi minder jika
selalu disbanding-
bandingkan dengan temannya,
karena pada dasarnya
setiap manusia memiliiki
karakter berbeda. Memiliki
kekurangan dan kelebihan
masing masing. Untuk itu
orang tua hendaknya mengenali
kelebihan dan
kekurangan anaknya.
Terlalu over protective
Orang tua yang terlalu
melindungi anaknya akan
membuat anaknya takut dalam
mengambil sikap. Anak
menjadi takut berbuat salah.
Padahal sebenarnya pada
saat belajar hal baru, sebuah
kesalahan justru akan
menjadi pelajaran untuk
mencari sebuah kebenaran.
Ø Cara Mengatasi anak yang penakut
Berikut ini cara mengatasi
siswa yang
Penakut.
· Menghargai Hasil Karyanya
Bagaimanapun hasil karnya kita
harus menghargainya.
Bila hasilnya memuaskan
diberikan sebuah pujian . jika
kurang juga diberi pujian dan
saran bagaimana agar
dia menghasilkan karya yang
lebih sempurna.
· Berikan Perhatian Lebih
Anak yang penakut biasanya
kurang perhatian an
ketika salah langsung
dihakimi didepan orang banyak.
Sebaiknya jika salah dan kita
ingin memarahi
hendaknya face to face karena
anak akan lebih
mengena jika diajak berbicara
private.
· Jangan membandingkan
berlebihan
Anak anak akan merasa minder
bila dibandingkan
secara berlebihan. Maka jika
kita membandingkan kita
berikan dia motivasi.
Bandingkan dengan sisipositif dan
negatifnya agar anak mampu
termotivasi.
· Berikan kebebasan
Kebebasan dalam hal ini
maksudnya adalah sesuatu
yang positif. Misalnya jika
anak akan belajar naik
sepeda jangan langsung
dikatakan “nanti jatuh”. Biarkan
sebisanya sambil diarahkan
bagaimana cara
mengendarai yang benar.
E.
BERBOHONG
Berbohong pasti pernah
dilakukan oleh semua anak manapun.
Memang wajar bahwa sekali
waktu anak berbohong kepada orangtua. Akan tetapi, bila
berbohong menjadi kebiasaan
anak, orangtua tentu
merasa jengkel, bahkan
orangtua bisa jadi merasa
diremehkan oleh anak. Dalam
mengatasi perilaku anak
yang suka bohong, orangtua
perlu memahami
penyebab yang mendasari
mengapa anak memilih
untuk berkata bohong. Di
bawah ini akan diuraikan
hal-hal yang melatarbelakangi
perilaku berbohong
beserta langkah yang bisa
ditempuh orangtua untuk
menghentikan kebiasaan
berbohong anak.
Ø Faktor Penyebab
Penyebab yang berasal dari
diri anak
Anak berbohong karena ingin :
Ingin dipuji, dikagumi.
Keinginan anak untuk dikagumi,
dipuji, membuat anak suka
membuat cerita yang
melebih-lebihkan tentang
dirinya, atau
menyombongkan hal yang
sebenarnya tidak
dipunyainya.
Ingin menghindari hukuman
atau sesuatu yang tidak
menyenangkan
Ingin mendapatkan sesuatu
yang diinginkannya
Ingin melindungi teman
Ingin mengakali/mencurangi
orang lain
Penyebab yang berasal dari
lingkungan
Tuntutan yang terlalu tinggi
Anak selalu menginginkan
perhatian, pujian, dan
penerimaan dari orangtua.
Sebagian anak yang merasa
tidak mampu memenuhi tuntutan
orangtua, memilih
berbohong untuk mendapatkan
hal-hal itu.
Penyajian model/contoh
ketidakjujuran
Anak yang terbiasa melihat
orang dewasa berbohong,
akan cenderung meniru dan menjadi
suka berbohong
pula. Anak akan berpikir
bahwa berbohong boleh
dijadikan cara untuk
mendapatkan apa yang diinginkan
atau menghindar dari sesuatu
hal yang tidak
menyenangkan.
Label “pembohong” yang
diberikan kepada anak
Sikap orang-orang sekitar
yang tidak percaya atau
mengecap anak sebagai
pembohong, membuat anak
frustrasi. Akibatnya, anak
berpikir bahwa lebih baik
berbohong sekalian saja
daripada susah-susah
berusaha mengatakan kebenaran
namun tetap tak
dipercaya.
Ø Langkah untuk Mengatasi
Lebih banyak menunjukkan
penerimaan terhadap anak
Tuntutan terhadap anak
hendaknya disesuaikan
dengan kemampuan anak, agar
anak tak merasa
bahwa dirinya tidak sanggup
menjadi seperti apa
yang diharapkan orangtua.
Ketika anak merasa dicintai
seutuhnya dan diterima apa adanya
dengan segala
kelemahannya, anak merasa
tidak perlu berbohong.
Saat anak melakukan
kesalahan, orangtua bisa
menegurnya tanpa menyudutkan
atau mengolok-olok
anak. Hukuman atas kesalahan
anak sebaiknya juga
tidak terlalu berat, supaya
anak tidak merasa terlalu
takut menghadapi
kesalahannya.Memberikan hukuman
atas kebohongan anak dan
memberikan penghargaan
atas kejujurannya
Apabila anak melakukan suatu
perbuatan yang buruk,
kemudian berbohong, berarti
anak layak mendapat
dua hukuman, satu hukuman
untuk perbuatan
buruknya, dan satu hukuman
khusus untuk
kebohongannya. Sebaliknya,
apabila anak jujur
mengakui kesalahannya,
orangtua hendaknya
memberikan penghargaan
terhadap kejujurannya itu
dengan memperingan hukuman
yang semestinya
diterima anak akibat telah
melakukan perbuatan yang
salah. Katakan kepada anak,
bahwa jika ia mau jujur,
Anda akan sedapat mungkin
berusaha mengatasi
masalah yang timbul akibat
kesalahannya. Berusaha
mencari fakta secara lengkap
Apabila orangtua mulai curiga
bahwa anak
menyembunyikan masalah,
orangtua bisa berusaha
mengumpulkan bukti-bukti dari
sumber lain selain
anak. Kemudian, sesudah
orangtua yakin mengetahui
faktanya, orangtua langsung
membicarakan masalah
tersebut dengan anak.
Pembicaraan ini hendaknya
difokuskan untuk mencari
jalan pemecahan masalah,
bukannya untuk
menyalah-nyalahkan anak. Sebagai
contoh, ketika orangtua telah
yakin mengetahui bahwa
sang anak baru saja memukul
temannya, orangtua
bisa berkata kepada anak,
“Mamanya Andi bilang
pada mama bahwa kamu memukul
Andi dan Andi
menangis karenanya. Mama tahu
kamu merasa
bersalah. Sekarang, bagaimana
sebaiknya supaya
besok Andi mau bermain lagi
bersama kamu? Kalau
kamu mau, mama akan temani
kamu minta maaf
padanya. Mungkin kamu juga
bisa memberikan
sesuatu buat menghibur Andi.”
Umumnya, anak akan
berbohong jika orangtua
menginterogasi atau
memancing anak dengan
pertanyaan supaya anak
mengakui kesalahannya, sebab
anak mengira orangtua
pasti akan memarahinya. Oleh
sebab itu, daripada
menginterogasi anak, lebih
baik langsung
menghadapkan anak pada fakta
yang menjadi
masalah, kemudian
bersama-sama mencari jalan
pemecahannya.Menyajikan
model/contoh kejujuran
Orangtua bisa memberikan
teladan kejujuran dengan
cara menepati janji yang
dibuat dengan anak, mau
mengakui kesalahan, dan tidak
berkata bohong
kepada anak maupun orang
lain.
No comments:
Post a Comment