BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah
Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang
mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu.
Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan
berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.
Dengan pendidikan yang
baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup
ini, banyak orang yang menggunakan akal dan kepintaraannya untuk maksiat.
Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk
dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu terjadi karena
ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Ilmu pengetahuan dunia rasanya
kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmu agama atau akhirat. Oleh karena itu,
kita sebagai umat Islam diwajibkan untuk menuntuk ilmu baik ilmu dunia maupun
ilmu akhirat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu?
2. Apa yang dimaksud dengan menuntut ilmu ?
3. Mengapa manusia wajib menuntut ilmu ?
4. Apakah keutamaan orang yang berilmu ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ilmu
2. Untuk mengetahui pengertian menuntut ilmu
3. Untuk mengetahui kewajiban menuntut ilmu
4. Untuk mengetahui keutamaan orang yang berilmu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ilmu
Ilmu berasal dari
kata علم- يعلم- علما yang artinya mengetahui, lawan dari kata جهلyang artinya bodoh.
Ilmu pengetahuan adalah
terjemahan dari kata bahasa Inggris, Science, yang berarti pengetahuan. Kata
science itu sendiri berasal dari bahasa Yunani Scientia yang berarti
pengetahuan. Namun pengertian yang umum digunakan ilmu pengetahuan adalah
himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan
dapat diterima oleh rasio.[1]
Imam Raghib al- Ashfahani dalm kitabnya, Mufradat Al
–Qur’an, berkata, “ ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan
hakikatnya. Ia terbagi dua: pertama, mengetahi inti sesuatu itu (oleh ahli
logika dinamakan ahli tashawwur). Kedua, menghukum adanya sesuatu
pada sesuatu yang ada (oleh ahli ligika dinamakan tashdiq, maksudnya mengetahui
hubungan sesuatu dengan sesuatu).”
Az-Zubaidi berkata dalam kamus Tajul-‘Arus, “Mayoritas
ahli membedakan masing-masing term itu. Bagi mereka ilmu adalah yamg paling
tinggi karena ilmu itulah yang mereka perkenankan untuk dinisbatkan kepada
allah swt. Sementara, mereka tidak mengataknan: ‘Allah arif’ atau ‘Allah
syair’. Perbedaan-perbedaaan tersebut disebut dalahm karangan-karangan ahli
basaha.[2]
Al Manawi dalam kitab At-taufiq berkata , “ ilmu
adalah keyakinan kuat yang tetap sesuai dengan realita. Bisa juga bersifat yang
membuat perbedaan tanpa kritik. Atau, ilmu adalah tercapainya bentuk sesuatu
dalam akal.”
B. Pengertian menuntut ilmu
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena pada dasarnya
ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.
Seseorang harus memulai dengan ilmu sebelum beramal.Maksud dari beramal
adalah melakukan kegiatan atau melakukan suatu pekerjaan. Dalam melakukan
pekerjaan manusia dituntut mengetahui ilmunya dari pekerjaan tersebut.
Karena dengan mengetahui ilmunya pekerjaan akan lebih terarah dan tidak
berantakan.
Artinya :
Mu’adz bin Jabbal berkata : “Tuntutlah ilmu, karena mempelajari ilmu karena
mengharapkan wajah Allah itu mencerminkan rasa Khasyyah, mencarinya adalah
ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya adalah Jihad, mengajarnya untuk
keluarga adalah Taqarrub.”
Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara laki-laki
dan perempuan. Hal yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya
perubahan pada diri individu ke arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah
laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu.
v Perbedaan Orang yang Berilmu dengan Orang Bodoh
Dalam Al- Qur’an Allah SWT. Berfirman,
Artinya: "(apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah
orang yang beribadah di waktu waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang dia
takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran."(Az-Zumar:9)
Allah SWT membedakan antara orang yang berilmu dan orang yang
jahil.Keduanya tidak sama. Terlepas dari substansi ilmu pengetahuan, yang
terpenting adalah antara orang yang berilmu dengan orang yang bodoh jelas
tidaklah sama.Seperti halnya antara orang yang buta dan orang yang
melihat,kegelapan dan cahaya, orang yang hidup dana mati, manusia dan hewan,
serta antara penghuni surga dan penghuni neraka.[3]
C. Kewajiban Menuntut Ilmu
Dasar hukum menuntut ilmu yaitu berdasarkan Al-Qur’an
dan Hadits nabi Muhammad saw. Banyak sekali hadits dan ayat Al-Qur’an yang
menerangkan tentang menuntut ilmu.
Di dalam Islam, menuntut ilmu merupakan perintah
sekaligus kewajiban. Manusia diperintahkan untuk menuntut ilmu, karena dengan
ilmu pengetahuan kita bisa mencapai apa yang dicita-citakan baik di dunia
maupun di akhirat. Apalagi sebagai seorang muslim itu wajib hukumnya seperti
dalam sebuah hadits disebutkan bahwa :
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.”
(Hadits sahih, diriwayatkan dari beberapa sahabat diantaranya: Anas
bin Malik, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Sa’id Al-Khudri
Radhiallahu Anhum. Lihat: Sahih al-jami: 3913)
Maka jelas kiranya bahwa menuntut ilmu pengetahuan
memang diwajibkan. Dengan ilmu kita bisa meraih dunia, dengan ilmu kita dapat
meraih akhirat dan dengan ilmu pula kita bisa meraih kedua-duanya.
Artinya : “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
Yang menciptakan , Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan
kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” ( Al-Alaq :
1-5)
Ini ayat pertama yang turun kepada Rasulullah. Ayat
ini berisi perintah untuk membaca,menulis, dan juga belajar. Allah telah
memberikan manusia sifat fitrah dalam dirinya untuk bisa belajar dan menggapai
bermacam ilmu pengetahuan dan keterampilan hingga dapat menambah kemampuannya
untuk mengembanamana[4]t kehidupan di muka bumi ini.[5]
Rasulullah sering berbicara tentang keutamaan ilmu dan
bahkan mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Perintah untuk menuntut ilmu ini
merupakan salah satu pusat perhatian Islam bagi para pemeluknya.
Manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu karena hal ini sebenarnya telah
dijawab oleh Al-Qur’an sendiri. Dimana menurut Al-Qur’an, Allah menciptakanmanusia
dalam keadaan vakum dari ilmu, lalu Allah memberinya perangkat ilmu agar mampu
menggali ilmu dan mempelajarinya. Karena memang ilmu itu harus digali,
dipelajari, dan diamalkan sebagaimana firman-Nya:
Artinya : "Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kalian pendengaran,
penglihatan dan hati agar kalian bersyukur”.(Q.S. An Nahl: 78)
Pendengaran, penglihatan dan hati atau akal adalah
merupakan perangkat atau alat untuk menuntut ilmu. Perangkat ilmu yang Allah
berikan kepada manusia merupakan sebuah potensi yang tiada ternilai harganya,
dengan penglihatan, pendengaran dan hati (akal) manusia mampu menggali ilmu.
Karena kemampuannya menalar dan mempunyai bahasa untuk mengkomunikasikan hasil
pemikiran yang abstrak..
Pengetahuan itu diperoleh manusia bukan hanya dengan
penalaran, melainkan juga dengan kegiatan berfikir lainnya, dengan perasaan dan
intuisi. Lain halnya dengan hewan yang tidak memiliki potensi tersebut karena
hewan tidak mampu berbuat seperti apa yang dapat dicapai oleh manusia. Maka
sangat beralasan jika Allah memerintahkan manusia untuk menggali lautan
ilmu-Nya.
Seberapapun tingginya ilmu dan pengetahuan manusia,
hanyalah merupakan sebagian kecil saja dari ilmu Allah. Namun kesempatan untuk
memperoleh sebagian-sebagian dari ilmu Allah yang lain tetaplah ada selama
manusia mempunyai kemauan, kemampuan dan usaha.
Dalam mencari ilmu pengetahuan, hendaklah yang dapat
memberikan manfaat bagi kebaikan di dunia dan di akhirat baik untuk diri kita
sendiri maupun untuk orang lain.Mengajarkan ilmu kepada orang lain merupakan
sadaqoh, sesuai dengan sabda Nabi,
Selagi ada kesempatan untuk mencari ilmu dan sebelum
Allah mencabut atau mengangkat ilmu dari manusia, maka carilah ilmu
sebanyak-banyaknya untuk kita manfaatkan serta kita amalkan di jalanNya. Sebab
ilmu yang bermanfaat merupakan salah satu amal jariyah yang tak akan terputus.
“Sesungguhnya dunia adalah terkutuk dan terkutuklah
semua penghuninya kecuali orang-orang yang mengingat Allah,para wali Allah,para
orang-orang yang berilmu dan juga orang orang yang belajar untuk mendatkan
ilmu” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah)
Rosulullah selalu antusias dalam menyebut ilmu dan
orang-orang yang mempelajarinya dengan gigih. Rosulullah selalu menyerukan
kepada semua kaum muslimin untuk mempelajari berbagai macam ilmudan
mengajarkannya kepada manusia sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud
bahwa rosulullah bersabda
Artinya belajarlah akan suatu ilmu dan lalu
ajarkanlah (ilmu tersebut) kepada manusia. Pelajarilah ilmu faroidh (ilmu
waris) dan lalu ajarkan kepada manusia. Pelajarilah al-qur’an dan lalu
ajarkanlah kepadda manusia.
D. Keutamaan ilmu
Selain Al-Qur’an banyak sekali hadits yang menjelaskan
keutamaan ilmu dan kedudukan ulama, baik dimata Allah maupun dimata manusia, di
dunia maupun di akhirat. Ulama di hargai demikian tingginya tak tertandingi
oleh siapapun, dan tak mungkin dapat dikejar, kecuali melalui ilmu.
Berikut beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan
As-Sunnah:
1. kelebihan ilmu dibanding ibadah
Salah satu fadhilah ilmu dari ibadah adalah bahwa
kebanyakan manfaat ibadah terbatas pada pelakunya. Orang yang melakukan salat
atauberpuasa, haji, zikir dan ibadah yang lai, akan mendapat kebaikan-kebaikan
amal perbuatannya dan peningkatan derajatnya. Tetapi, masyarakat lain tidak
akan mndapat ganjaran mereka sedikitpun secara langsung. Berbeda dengan ilmu;
ia bermanfaat jauh melampui si pilaku itu sendiri, sampai pada orang yang
mendengarnya, atau membacanya. Ilmu tidak mengenal ikatan, tidak pula mengakui
adanya dinding dan jurang pemisah. Lebih-lebih pada zaman kita sekarang, ketika
ilmu tersebar luas melalui radio dan televisi yang dapat ditangkap dalam
beberapa detik dan bahkan dalam seketika itu juga para pendengar dan para
pemirsa yang ada diberbagai tempat.
2. Ilmu tidak terputus lantaran berahirnya hayat
Ilmu tidak terputus lantaran berahirnya
hayat, dan ilmu tidak mati dengan kematian pemiliknya. Tetapi bagi orang yang
salat, atau berpuasa, atau membayar zakat,berhaji, berumroh, bertasbih,
bertahlil, berzikr, dan bertakbir, semua amal ini mendapat balasandari allah,
tetapi balasan itu terputus lantaran selesai atau berakhirnya amala tertentu.
Adapun ilmu, ia terus berpengaruh selama orang masih memanfaatkanya.[6]
"Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah
amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat,
atau seorang anak shalih yang mendo'akannya." (HR. Muslim no.1631)
Betapa besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh orang yang berilmu
berupa pahala dan kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan pahala tadi akan terus
mengalir kepadanya tanpa terputus selama ilmunya disampaikan oleh
murid-muridnya dari generasi ke generasi berikutnya, dan selama kitab-kitabnya
dan tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba di berbagai negeri, dan
seperti inilah pahala dan ganjaran orang yang berilmu akan tetap sampai
kepadanya setelah kematiannya dengan sebab ilmu yang telah dia tinggalkan untuk
manusia, di mana mereka mengambil manfaat terhadap ilmunya.
3. Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba
Ketika seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan mempelajari ilmu
syar’i, itu menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut,
dan membimbingnya menuju kepada hal-hal yang diridhai-Nya.
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Ia akan
difahamkan tentang agamanya.”
(Muttafaq Alaihi dari Muawiyah bin Abi Sufyan
Radhiallahu anhuma)
4. Orang yang berilmu akan ditinggian derajatnya
Sesungguhnya allah akan meningkatkan derajat
orang-orang yang mau menuntut ilmu sebagaimana firmannya:
Artinya :Hai orang orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “
Berlapang lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” ( Q.S Al-Mujaadalah:11)
Ditinggikannya derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas
besarnya keutamaan, dan ketinggian di sini mencakup ketinggian maknawiyyah di
dunia dengan tingginya kedudukan dan bagusnya suara (artinya dibicarakan orang
dengan kebaikan) dan mencakup pula ketinggian hissiyyah (yang dirasakan oleh
tubuh dan panca indera) di akhirat dengan tingginya kedudukan di jannah.
(Fathul Baarii 1/141)
Artinya :“ Allah menyatakan bahwasannya tidak ada
Tuhan(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para
malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana” Q.S Ali Imran:18
5. menuntut ilmu merupakan ibadah dan akan
dipermudah jalan menuju syurga
Menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan merupakan Ibadah yang paling agung dan
paling utama, sehingga Allah menjadikannya sebagai bagian dari jihad
fisabilillah, sebagaimana firmanNya dalam surat At Taubah 122
Artinya :tidak sepatutnya bagi mu’min itu pergi semuanya (medan perang),
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk member peringatan pada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya
Rosulullah bersabda
Artinya: barang siapa menempuh jalan demi mengharapkan
suatu ilmu, maka allah akan mempermudah jalan baginya menuju syurga.
Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya karena keridhaannya akan
pencari ilmu. Sesungguuhnya semua yang ada di langit dan di bumi dan bahkan
lumba-lumba di lautan sekalipun, akan selaly memintakan ampunan bagi orang yang
berilmu
6. ilmu adalah kehidupan dan cahaya
Dalam banyak ayat, Al qur’an menganggap ilmu sebagai
kehidupan dan cahaya, sedangkan kebodohan merupakan kematian dan kegelapa.
Seperti diketahui semua bentuk kejahatan disebabkan oleh ketiadaan kehidupan
dan cahaya,dan semua kebaikan disebabkan oleh cahaya dan kehidupan.
v Syarat-syarat menuntut ilmu
Dalam kitab “Ta’lim al-Muta’allim” yang ditulis oleh Imam Al-Zarnuji,
beliau menulis bahwa syarat-syarat mencari ilmu itu ada 6 yaitu:
1. Cerdas (Dzakaun)
Kecerdasan merupakan syarat pertama yang harus
dipenuhi oleh thalibul ilmi. Imam Ghazali pernah mengatakan bahwa orang yang
pintar adalah orang yang mengetahui bahwa ia tidak tahu akan sesuatu dan
karenanya dia mau belajar.
Maksud cerdas disini bukanlah tingkatan kepintaran,
melainkan tidak gila. Orang tersebut haruslah waras, dapat membedakan mana
angka satu dan dua, mana hitam dan putih, mana baju dan celana.
2. Rakus (hirsun)
Rakus adalah (punya kemauan dan semangat
untuk berusaha mencari ilmu)
menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu janganlah langsung merasa puas terhadap apa yang telah didapat dan jangan hanya menuntut ilmu di satu daerah saja.
menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu janganlah langsung merasa puas terhadap apa yang telah didapat dan jangan hanya menuntut ilmu di satu daerah saja.
“Tidak cukup teman belajar di dalam negeri atau
dalam satu negeri saja, tapi pergilah belajar di luar negeri, di sana banyak
teman-teman baru pengganti teman sejawat lama, jangan takut sengsara, jangan
takut menderita, kenikmatan hidup dapat dirasakan sesudah menderita.”
(diambil dari kitab Sejarah Hidup dan Silsilah Syekh Kiyai Muhammad Nawawi
Tanara Banten yang ditulis oleh H. Rofiuddin. Hal. 4).
3. Sabar
Seorang yang menuntut ilmu sudah barang tentu akan
menghadapi macam-macam gangguan dan rintangan. Selain berusaha maka bersabarlah
untuk menghadapi semua itu, dan perlu diketahui bahwa sabar adalah sebagian
dari Iman, “As-Shobru mina al-iman”. Dan Sabar disini mengandung arti tabah,
tahan menghadapi cobaan atau menerima pada perkara yang tidak disenangi atau
tidak mengenakan dengan ridha dan menyerahkan diri kepada Allah Swt, akan
tetapi kesabaran disini harus diartikan dalam pengertian yang aktif bukan dalam
pengertian yang pasif. Artinya nrimo (menerima) apa adanya tanpa usaha untuk
memperbaiki keadaan.
4. Modal/bekal
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan
wajib hukumnya bagi setiap muslim, dan dijelaskan lagi dalam hadis “Tuntutlah
ilmu mulai dari rahim ibu sampai liang lahat”. Dari hadis tersebut kita bisa
mengetahui bahwa, seumur hidup kita wajib menuntut ilmu. Pendidikan bukan hanya
pendidikan formal tetapi non formal pun ada. Rasul menjanjikan kepada para
penuntut ilmu,
“Sesungguhnya Allah pasti mencukupkan rezekinya
bagi orang yang menuntut ilmu” Dan yakinkanlah bagi para penuntut
ilmu walaupun dengan segala kekurangan (biaya) pasti mampu atau bisa
menyelesaikan pendidikan. Karena pasti akan ada jalan lain selama manusia
berusaha dan yakin terhadap kekuasaan dan pertolongan Allah Al-Yaqinu Lâ Yuzâlu
bi as-Syak Artinya: ”keyakinan tidak bisa dihilangkan oleh keragu-raguan”.
Dan akhirnya maka tidak ada alasan orang tidak bisa menuntut ilmu karena biaya,
seperti keterangan sebelumnya carilah jalan lain, solusi lain untuk bisa
menuntut ilmu.
5. Petunjuk guru
Banyak orang yang tersesat karena belajar tanpa guru,
seoarng tholibul ilmi hendaklah mempunyai seorang guru sebagai petunjuk,
walaupun ada yang mengatakan bahwa buku adalah guru yang besar, tapi buku tidak
bisa mituturi (memberi nasihat)
6. Karena ilmu sangat luas dan tidak memiliki akhir maka
sudah barang tentu membutuhkan waktu yang sangat lama. Pepatah Arab mengatakan
:”Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat” seorang pelajar harus mengulang-ulang pelajaran yang telah didapat,
jadi dalam mencari ilmu tidaklah cukup dalam waktu yang singkat.Seperti contoh
seorang untuk menjadi Doktor harus melalui SD, SMP, SMA, hingga perguruan
tinggi, dan itu bukanlah waktu yang singkat.
v Adab mencari ilmu
1. Niat
Niat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho
Allah. Hendaknya diringi dengan hati yang ikhlas benar-benar karena Allah.
Bukan untuk menyombongkan diri, menipu orang lain ataupun pamer kepandaian,
tetapi untuk mengeluarkan diri dari kebodohan dan menjadikan diri kita
bermanfaat bagi orang lain
2. Bersungguh-sungguh
Dalam menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan
tidak pernah berhenti. Allah mengisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi
: “Dan orang-orang yang berjuang di jalan Kami pastilah akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan Kami.”
3. Terus menerus
Hendaklah kita jangan mudah puas atas ilmu yang kita
dapatkan sehingga kita enggan untuk mencari lebih banyak lagi. Seperti pepatah
yang disampaikan oleh Sofyan bin Ayyinah : “Seseorang akan tetap pandai
selama dia menuntut ilmu. Namun jika ia menganggap dirinya telah berilmu (cepat
puas) maka berarti ia bodoh.” Allah lebih menyukai amalan yang sedikit
tapi dilakukan secara terus menerus dibandingkan amalan yang banyak tetapi
hanya dilakukan sehari saja.
4. Sabar dalam menuntut ilmu
Salah satu kesabaran terpuji yang harus dimiliki oleh
seorang penuntut ilmu adalah sabar terhadap gurunya seperti kisah Nabi Musa as
dan Nabi Khidr as (QS Al Kahfi : 66-70). Kita jangan cepat putus asa dalam
menuntut ilmu jika mendapatkan kesulitan dalam memahami dan mempelajari ilmu.
5. Menghormati dan memuliakan orang yan menyampaikan ilmu
Di antara penghormatan murid terhadap gurunya adalah
berdiam diri maupun bertanya pada saat yang tepat dan tidak memotong
pembicaraan guru, mendengarkan dengan penuh khidmat, dan memperhatikan ketika
beliau menerangkan, dan sebagainya.
6. Baik dalam bertanya
Artinya : dan kami tidak mengutus sebelum kamu,
kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah
pada orang-orang yang memiliki pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
[1] Abuddin Nata. Al-Qur’an dan Hadits,( Jakarta: Lembaga Studi Islam dan
Kemasyarakatan,1992),h.117
[3]Yusuf Qardhawi. Al-Qur’an berbicara tentang Akal dan
Ilmu Pengetahuan,(Jakarta : Gema Insani),h.93s
No comments:
Post a Comment