Saturday 21 March 2015

MAKALAH PENYEBAB DAN CARA MENGATASI ANAK


A. KERAS HATI

 

Keras hati adalah sifat-sifat Anak yang sering sangat menyulitkan para orang tua

atau pendidik-pendidik lain. Keras hati ialah bantahan terhadap suruhan orang lain karena ia ada tujuan dan maksud sendiri yang berlainan dengan apa yang disuruhkan kepadanya.

 

Ø  Penyebab Keras Hati

a) Pembawaan anak

b) Dapat kita perhatikan anak-anak yang sedang dalam

pertumbuhan dari kecil, ada anak-anak yang menurut ,

yang ramah-tamah tegur-sapanya, dah ada pula anak-

anak yang semenjak kecilnya telah menunjukkan

kemauan yang keras dan yang mudah sekali marah.

Boleh dikatakan bahwa anak-anak yang disebut

terakhir itu ditakdirkan memiliki sifat keras hati.

c) Keadaan badan yang terganggu

d) Keras hati akan lebih besar jika anak sedang tidak

sehat badannya, atau kalau ia kurang tidur, atau baru

sembuh dari sakit.

e) Perkembangan rohani anak

f) Yang pertama pada masa kanak-kanak (kurang lebih

3-5 tahun) yang disebut juga masa kritis pertama atau

pubertas pertama, atau sering pula disebut masa

menentukan (trotz alter). Yang kedua ialah pada

pubertas atau masa remaja, pada waktu anak

mengalami guncangan-guncangan dan

ketidakseimbangan dalam pertumbuhan jasmani dan

rohaninya.

g) Kesalahn-kesalahan dalam pendidikan

h) Kesalahn yang acap kali terdapat dalam pendidikan

orang tua terhadap anak-anaknya, antara lain ialah

memanjakan, pendidikan yang tidak konsekuen.

 

Ø  Usaha Pendidik Mengatasi Keras Hati

a) Mempermudah anak-anak berlaku patuh dengan

jalan membiasakan anak-anak hidup secara teratur dan

tertib.

b) Perintah dan larangan hendaklah diberikan dengan

lemah lembut dan dapat membesarkan hati mereka,

jangan sekali-kali dengan keras dan kasar.

c) Hendaklah pendidik senantiasa ingat akan keadaan

jasmani dan atau rohani anak pada waktu itu.

d) Janganlah memanjakan anak. Bertindaklah yang

tegas, yang konsekuen agar anak-anak tau apa yang

harus menjadi pegangannya.

e) Dalam menghadapi anak yang keras hati itu kita

harus bersikap tenang dan tegas, jangan kehilangan

ketenangan atau tergoyang keseimbangan batin kita;

jadi kita harus tetap sabar.

f) Pada anak-anak kecil kadang-kadang berhasil juga

dengan membelokkan perhatiannya ke arah yang lain.

g) Sering dengan usaha “tidak begitu mengacuhkan”

dapat berhasil juga.

h) Dengan memberikan hukuman kepada anak yang

demikian itu, umumnya tidak berhasil dan tidak ada

gunanya. Bagi anak-anak yang sudah agak besar

dapat juga dengan memberikan sedikit kata-kata

nasihat yang singkat.

 

B. KERAS KEPALA

 

Ø  Sebab-sebab anak suka melawan dan keras kepala:

 

1. Meniru perbuatan orangtuanya yang -maaf-

juga keras kepala, atau anak sering

menyaksikan orangtuanya bertengkar.

2. Orangtua terlalu memanjakan, selalu

memberikan apa yang diinginkannya. Ketika

suatu saat keinginan tersebut tidak dipenuhi,

tentu anak akan memprotes dan melawan.

3. Tidak adanya ikatan kasih sayang dan

pengertian antara orangtua dan anak.

4. Orangtua terlalu membiasakannya taat pada

sesuatu secara fanatik.

5. Anak-anak terlalu sering disuruh mengalah,

tanpa memberi pengertian yang dapat

membuatnya mengerti.

Beberapa orang tua mengeluh tentang sifat anaknya

yang keras kepala. Mereka bingung bagaimana cara

menasehati mereka. Bila dilarang untuk melakukan

sesuatu mereka akan mengamuk, atau bahkan

melawan.

 

Ø  Cara menghadapi anak-anak yang suka melawan dan

keras kepala:

 

Lihat diri kita

Kadang kita tidak menyadari bila buah hati kita

memiliki hati yang keras, salah satu sebabnya adalah

diri kita sendiri. Bila kita memiliki hati yang keras,

sukar dinasehati, tentu saja secara tidak langsung itu

juga akan menular pada diri buah hati kita. Bila setiap

hari buah hati kita melihat hal ini, tentu lama kelamaan

buah hati kita akan menirunya. Bila kita saat ini terlalu

sombong, marilah kita merendahkan hati kita. Bila kita

kurang mau mendengarkan orang lain, maka marilah

kita mulai saat ini belajar mendengarkan. Supaya kita

pun juga akan semakin mengerti segala kebutuhan

buah hati kita, dengan mau dan menyediakan waktu

untuk buah hati kita.

Hendaklah lebih fleksibel, lebih memberikan

kasih sayang dan pengertian kepada anak.

Kebutuhan seorang anak sebenarnya tidak banyak.

Mereka menginginkan perhatian dan kasih sayang kita

sebagai orang tua. Kasih sayang dan perhatian yang

cukup akan meminimalisir kebutuhan anak-anak pada

“materi”. Jadi kalau anak mulai minta ini itu, mudah

merengek, dan cepat bosan terhadap apa yang dia

beli, itu sebenarnya sebagai ungkapan atau pengaruh

dari adanya bagian hati mereka yang kosong. Dan

sebenarnya bagian hati yang kosong tersebut hanya

bisa diisi dengan kasih sayang dan kehangatan yang

ada di dalam sebuah keluarga.

Salurkan Hobinya

Setiap anak tentu memiliki bakat dan minat yang

berbeda. Sebagai orang tua kita harus cermat

mengerti hal ini. Misalnya bila buah hati kita suka

mencoret-coret di atas kertas, mulailah mencoba

memasukkan buah hati kita pada sanggar-sanggar

melukis. Anak-anak yang normal, biasanya memiliki

“kelebihan tenaga”. Itulah kenapa kita sering melihat

anak-anak susah untuk diam. Dia akan selalu bergerak,

dan mencari keasyikan yang bisa dia lakukan. Jadi

arahkanlah “sisa tenaga” yang ada di dalam diri sang

buah hati. Hal ini akan sangat bermanfaat supaya

emosi mereka bisa diarahkan kepada hal-hal yang

positif. Hal ini akan sangat mengurangi pengaruh-

pengaruh negatif dari luar yang bisa menyebabkan

mereka gampang marah, bosan, sedih, dan sifat-sifat

lainnya.

Jadilah orang tua yang bijak

Orang tua yang bijak mempunyai kepekaan terhadap

buah hatinya, selalu berusaha melakukan yang terbaik

dan memberikan pilihan terbaik kepada sang buah hati.

Yang terbaik bagi anak, kadang bukanlah yang terbaik

bagi orang tua. Disinilah terkadang kita temukan

kesalahpahaman antara orang tua dan anak. Agar

pilihan orang tua dan anak bisa selaras, perlu sekali

adanya komunikasi yang intens. Disinilah waktu anda

sangat dibutuhkan. Bukan banyaknya waktu yang anda

berikan kepada anak, melainkan kualitas kebersamaan

anda pada anak. Dari kedekatan inilah, anda akan

semakin memahami buah hati anda. Sehingga

pemikiran kita dengan sang buah hati kita pun bisa

menyatu, dan meminimalisir kesalahpahaman yang

biasanya terjadi karena adanya “batas” antara orang

tua dan anak. Dan dari kedekatan inilah, anda bisa

menasehati anak dengan bijak.

Tidak Mempermalukan Anak di Depan Umum

Saat menasehati anak, akan lebih baik bila kita

menasehatinya di tempat yang rahasia dan dengan

suara lembut. Jangan memberikan larangan, melainkan

himbauan. Jangan berkata,”Kamu tidak boleh

menggambar di tembok”, tetapi katakanlah ”Kalau

kamu suka menggambar besok mama belikan buku

gambar yang besar.” Mengharapkan anak berubah

dengan mempermalukan mereka di tempat umum

bukanlah cara menasehati yang baik. Karena pada

saat itu juga, kita sudah mengajarkan kepada anak

kalau mempermalukan orang lain di tempat umum

adalah sesuatu yang wajar dan halal.

Tidak Memaksa

Kita harus belajar mengatakan sesuatu kepada buah

hati kita dengan lembut tanpa ada unsur pemaksaan.

Kita harus belajar mengajak daripada menyuruh.

Kenapa? Karena menyuruh berarti meminta seseorang

melakukan sesuatu dan itu harus dilakukan sedangkan

kita sendiri tidak mau melakukan hal yang sama.

Sedangkan mengajak, adalah meminta seseorang

melakukan sesuatu dan mau menjadi satu dengan

orang yang kita minta dengan prinsip kebersamaan.

Saat Yang Tepat Saat menasehati

Waktu yang tepat adalah sesuatu yang penting dan

perlu kita perhatikan pada saat kita hendak

menasehati buah hati kita. Pilihlah saat yang tepat

dimana kita bisa mentransfer “ilmu moral” kita kepada

buah hati kita, tanpa dia merasa terpaksa. Contohnya

adalah dengan mengajak sang buah hati untuk jalan-

jalan. Setelah dia merasa senang, dan merasa lapar,

anda bisa mengajak makan bersama. Dan pada saat

itulah anda bisa mengobrol dan mengatakan harapan-

harapan anda pada sang buah hati. Misalnya dengan

mengatakan,”Mama suka kalau kamu berdandan rapi.

Kamu kelihatan cantik sekali.” Atau dengan

memujinya,”Wah… Anak mama sudah besar dan

tambah dewasa, sudah bisa makan sendiri.” Dengan

pancingan-pancingan seperti itu, biasanya anak akan

menjadi lebih tertarik untuk mau mendengarkan

nasihat anda, sehingga untuk kedepannya mereka pun

bisa berubah sedikit demi sedikit.

Bersikap seimbang dalam mendidik anak. Tidak

terlalu memanjakan, tapi juga tidak terlalu keras.

Memberikan hadiah untuk sikapnya yang baik

dan memberikan hukuman jika ia melakukan

pelanggaran.

Senantiasa berusaha untuk membuat hati anak

senang dan gembira, tapi tidak berlebihan.

Tidak bersikap plin plan, dalam artian tidak

menyuruh anak atau membiarkan anak

melakukan sesuatu, tapi kemudian melarang

anak melakukan hal tersebut di lain waktu.

 

C. MANJA

 

memanjakan anak  dapat berakibat pada

gangguan perkembangan pada diri sang anak, yang

bisa terbawa sampai usia dewasa. Sedangkan sikap

manja muncul pada diri anak disebabkan oleh

kecenderungan anak untuk menuntut perhatian dan

dilayani oleh orang lain. Anak yang manja memiliki

sikap ragu-ragu atau cemas pada kondisi asing (baru).

Anak yang manja biasanya akan sangat tergantung dari

objek lekatnya. Anda manja biasanya ketika menjelang

usia satu tahun kemanjaan tersebut mulai muncul, usia

puncak manja pun muncul pada fase usia TK, saat anak

dituntut untuk dapat bersikap mandiri dan disiplin, di

usia TK anak mulai dipisahkan dari objek lekatnya

untuk beberapa saat.

 

Ø  Adapun penyebab anak menjadi manja dikarenakan:

 

1. Perilaku pada anak yang manja disebabkan oleh pola

asuh yang bersifat permisif.

2. Sikap manja sangat sering terjadi pada anak pertama

dan pada anak bungsu, pengaruh usiaatau jarak

kelahiran antara saudara yang lainnya terlalu jauh.

Karena sang anak merasa satu-satunya pusat

perhatian dan selalu dilayani maka ketika anak

mendapat saudara yang baru (adik baru) maka sia

anak akan mengalami regresi (penurunan) hal ini

dikarenakan anak akan mempertahankan perilaku

manjat yang sangat.

Sikap manja terjadi ketika orangtua yang dahulunya

mendapatkan pola asuh yang cenderung tertekan atau

merasa kurang bebas, maka orangtua bersikap serba

membolehkan anak, maka tanpa terasa orangtua telah

mencetak anaknya menjadi individu yang manja.

 

Ø  Adapun cara mengatasi anak yang manja secara

berlebihan (manja yang sampai menganggu kemandirian

anak) yaitu:

 

1. Usahakan tidak memberikan pola asuh yang

berpusat pada sikap permisif, jika menarapkan sikap

asuh yang permisif maka dapat menciptkan anak yang

manja.

2. Ketika anak menuntut segala sesuatu yang

berlebihan dan anda (orangtua) justru diatur dan

dikondisikan oleh anak maka sebaiknya anak tidak

dijadikan sebagai pusat perhatian.

3. Libatkan anak pada kegiatan social, usaha ini

dilakukan agar anak dapat banyak melihat, belajar dan

berinteraksi lebih luas. Jadi tidak selamanya anak

terpusat untuk menjadi pusat pehatian.

4. Ketika anak menunjukan sikap manjanya maka

orangtua atau pendidik dapat mengalihkan perhatian

anak pada hal atau kegiatan yang disukai anak.

5. Beri kesemapatan akan untuk bermain bersama

anak-anak lain, ini untuk menimbulkan sikap pengertian

dan berbagi, sehingga anak memiliki kedewasaan dalam

bersikap.

6. Orang tua selalu memberi contoh atau teladan

perilaku saling kerjasama (gotongroyong atau saling

menolong dihadapan anak)

7. Beri sentuhan fisik kasih saying (pelukan, ciuman,

belaian) pada anak untuk menenangkan sikap anak

yang memunculkan kemanjaannya.

8. Ketika akan memasukan anak kesekolah baru atau

situasi baru, maka sikap orangtua adalah bersama

anak dulu untuk beberapa saat, ajak anak bermain

dahulu, hal ini untuk mengalihkan perhatian anak

sebelum berpamitan meninggalkan atau berpisah

dengan anak.

9. Berilah kalimat untuk menyakinkan anak dan

menenangkan anak jika dalam situasi anak merasa sulit

(manja)

Beri semangat dan motivasi selalu pada anak dan beri

waktu untuk anak ketika memunculkan perilaku

manjanya tersebut. Dalam hal ini orangtua butuh

kesabaran dalam menghadapi ananda.

 

D.    PENAKUT

 

Ø  Faktor yang menyebabkan anak menjadi penakut

 

Anak senang sekali menyendiri dan

melakukan sesuatu di dalam kamarnya,dan bahkan

anak sangat cengeng sekali. Perasaan malu adalah

perasaan gelisah yang dialami seseorang terhadap

pandangan orang lain atas dirinya. Ada yang

mengartikannya sebagai sesuatu yang “aneh”, “hati-

hati”, “curiga” dan sebagainya.bila hal ini dibiarkan

berlarut akan menjadikan sifat Penakut. Jadi penakut

pada dasarnanya merupakan akibat dari sikap pemalu

yang berlebihan.

Pada umumnya sejak lahir manusia telah

memiliki sedikit perasaan malu, namun bila perasaan itu

telah berubah menjadi semacam rasa takut yang

berlebihan, maka hal itu akan menjadi suatu fobia, yaitu

takut mengalami tekanan dari orang lain atau takut

menghadapi masyarakat. Anak yang penakut selalu

menghindar dari keramaian dan tidak dapat secara

aktif bergaul dengan temannya yang lain. Faktor

penyebabnya antara lain.

Kata-katanya diremehkan

Sering sekali hasil karya anak anak tidak diperhatikan

oleh orang tuanya. Apalagi jika mendapat hasil yang

buruk. Sering sekali anak anak dimarahi berlebihan. Hal

ini membuat anak jadi takut karena dia menganggap

hasil karyanya selalu salah.

Dimarahi di depan orang banyak

Sering kali ketika nilai raport diambil orang tua dan

hasilnya tak sesuai dengan harapan , maka langsung

saja dimarahi didepan orang banyak. Hal ini akan

mematikan karakter siswa.

Dibanding-bandingkan dengan temannya secara

berlebihan

Anak anak menjadi minder jika selalu disbanding-

bandingkan dengan temannya, karena pada dasarnya

setiap manusia memiliiki karakter berbeda. Memiliki

kekurangan dan kelebihan masing masing. Untuk itu

orang tua hendaknya mengenali kelebihan dan

kekurangan anaknya.

Terlalu over protective

Orang tua yang terlalu melindungi anaknya akan

membuat anaknya takut dalam mengambil sikap. Anak

menjadi takut berbuat salah. Padahal sebenarnya pada

saat belajar hal baru, sebuah kesalahan justru akan

menjadi pelajaran untuk mencari sebuah kebenaran.

 

Ø  Cara Mengatasi anak yang penakut

 

Berikut ini cara mengatasi siswa yang

Penakut.

· Menghargai Hasil Karyanya

Bagaimanapun hasil karnya kita harus menghargainya.

Bila hasilnya memuaskan diberikan sebuah pujian . jika

kurang juga diberi pujian dan saran bagaimana agar

dia menghasilkan karya yang lebih sempurna.

· Berikan Perhatian Lebih

Anak yang penakut biasanya kurang perhatian an

ketika salah langsung dihakimi didepan orang banyak.

Sebaiknya jika salah dan kita ingin memarahi

hendaknya face to face karena anak akan lebih

mengena jika diajak berbicara private.

· Jangan membandingkan berlebihan

Anak anak akan merasa minder bila dibandingkan

secara berlebihan. Maka jika kita membandingkan kita

berikan dia motivasi. Bandingkan dengan sisipositif dan

negatifnya agar anak mampu termotivasi.

· Berikan kebebasan

Kebebasan dalam hal ini maksudnya adalah sesuatu

yang positif. Misalnya jika anak akan belajar naik

sepeda jangan langsung dikatakan “nanti jatuh”. Biarkan

sebisanya sambil diarahkan bagaimana cara

mengendarai yang benar.

 

E.     BERBOHONG

 

Berbohong pasti pernah dilakukan oleh semua anak manapun.

Memang wajar bahwa sekali waktu anak berbohong kepada orangtua. Akan tetapi, bila

berbohong menjadi kebiasaan anak, orangtua tentu

merasa jengkel, bahkan orangtua bisa jadi merasa

diremehkan oleh anak. Dalam mengatasi perilaku anak

yang suka bohong, orangtua perlu memahami

penyebab yang mendasari mengapa anak memilih

untuk berkata bohong. Di bawah ini akan diuraikan

hal-hal yang melatarbelakangi perilaku berbohong

beserta langkah yang bisa ditempuh orangtua untuk

menghentikan kebiasaan berbohong anak.

 

Ø  Faktor Penyebab

 

Penyebab yang berasal dari diri anak

Anak berbohong karena ingin :

Ingin dipuji, dikagumi. Keinginan anak untuk dikagumi,

dipuji, membuat anak suka membuat cerita yang

melebih-lebihkan tentang dirinya, atau

menyombongkan hal yang sebenarnya tidak

dipunyainya.

Ingin menghindari hukuman atau sesuatu yang tidak

menyenangkan

Ingin mendapatkan sesuatu yang diinginkannya

Ingin melindungi teman

Ingin mengakali/mencurangi orang lain

Penyebab yang berasal dari lingkungan

Tuntutan yang terlalu tinggi

Anak selalu menginginkan perhatian, pujian, dan

penerimaan dari orangtua. Sebagian anak yang merasa

tidak mampu memenuhi tuntutan orangtua, memilih

berbohong untuk mendapatkan hal-hal itu.

Penyajian model/contoh ketidakjujuran

Anak yang terbiasa melihat orang dewasa berbohong,

akan cenderung meniru dan menjadi suka berbohong

pula. Anak akan berpikir bahwa berbohong boleh

dijadikan cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan

atau menghindar dari sesuatu hal yang tidak

menyenangkan.

Label “pembohong” yang diberikan kepada anak

Sikap orang-orang sekitar yang tidak percaya atau

mengecap anak sebagai pembohong, membuat anak

frustrasi. Akibatnya, anak berpikir bahwa lebih baik

berbohong sekalian saja daripada susah-susah

berusaha mengatakan kebenaran namun tetap tak

dipercaya.

 

Ø  Langkah untuk Mengatasi

 

Lebih banyak menunjukkan penerimaan terhadap anak

Tuntutan terhadap anak hendaknya disesuaikan

dengan kemampuan anak, agar anak tak merasa

bahwa dirinya tidak sanggup menjadi seperti apa

yang diharapkan orangtua. Ketika anak merasa dicintai

seutuhnya dan diterima apa adanya dengan segala

kelemahannya, anak merasa tidak perlu berbohong.

Saat anak melakukan kesalahan, orangtua bisa

menegurnya tanpa menyudutkan atau mengolok-olok

anak. Hukuman atas kesalahan anak sebaiknya juga

tidak terlalu berat, supaya anak tidak merasa terlalu

takut menghadapi kesalahannya.Memberikan hukuman

atas kebohongan anak dan memberikan penghargaan

atas kejujurannya

Apabila anak melakukan suatu perbuatan yang buruk,

kemudian berbohong, berarti anak layak mendapat

dua hukuman, satu hukuman untuk perbuatan

buruknya, dan satu hukuman khusus untuk

kebohongannya. Sebaliknya, apabila anak jujur

mengakui kesalahannya, orangtua hendaknya

memberikan penghargaan terhadap kejujurannya itu

dengan memperingan hukuman yang semestinya

diterima anak akibat telah melakukan perbuatan yang

salah. Katakan kepada anak, bahwa jika ia mau jujur,

Anda akan sedapat mungkin berusaha mengatasi

masalah yang timbul akibat kesalahannya. Berusaha

mencari fakta secara lengkap

Apabila orangtua mulai curiga bahwa anak

menyembunyikan masalah, orangtua bisa berusaha

mengumpulkan bukti-bukti dari sumber lain selain

anak. Kemudian, sesudah orangtua yakin mengetahui

faktanya, orangtua langsung membicarakan masalah

tersebut dengan anak. Pembicaraan ini hendaknya

difokuskan untuk mencari jalan pemecahan masalah,

bukannya untuk menyalah-nyalahkan anak. Sebagai

contoh, ketika orangtua telah yakin mengetahui bahwa

sang anak baru saja memukul temannya, orangtua

bisa berkata kepada anak, “Mamanya Andi bilang

pada mama bahwa kamu memukul Andi dan Andi

menangis karenanya. Mama tahu kamu merasa

bersalah. Sekarang, bagaimana sebaiknya supaya

besok Andi mau bermain lagi bersama kamu? Kalau

kamu mau, mama akan temani kamu minta maaf

padanya. Mungkin kamu juga bisa memberikan

sesuatu buat menghibur Andi.” Umumnya, anak akan

berbohong jika orangtua menginterogasi atau

memancing anak dengan pertanyaan supaya anak

mengakui kesalahannya, sebab anak mengira orangtua

pasti akan memarahinya. Oleh sebab itu, daripada

menginterogasi anak, lebih baik langsung

menghadapkan anak pada fakta yang menjadi

masalah, kemudian bersama-sama mencari jalan

pemecahannya.Menyajikan model/contoh kejujuran

Orangtua bisa memberikan teladan kejujuran dengan

cara menepati janji yang dibuat dengan anak, mau

mengakui kesalahan, dan tidak berkata bohong

kepada anak maupun orang lain.

 

No comments:

Post a Comment

© Lia Awaliyah Yulvia | Blogger Template by Enny Law